<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d18799193\x26blogName\x3dRumah+Cinta+Detamorfosis\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://detamorfosis.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://detamorfosis.blogspot.com/\x26vt\x3d3475805713395494895', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
http://detamorfosis.blogspot.com/
27 December 2005
Sakit ....

Khawatir juga rasanya saat badan menunjukan indikasi malaise, tidak enak badan, nafsu makan memudar, demikian juga dengan semangat beraktivitas. Sedikit ada ketakutan terjangkit demam berdarah yang sekarang ini lagi endemis di asrama mahasiswa. Apalagi si Levy, pejantan gagal dari FKM itu, baru tiga minggu keluar dari rumah sakit karena terserang DBD. Asal tahu saja, kamar si Levy itu berada dua kamar di sebelah kamar tercintaku. Kalau masuk rumah sakit karena indikasi ini, jadi deg-degan. Ngeri rasanya akan diinfus, atau sekalian dipasangi cateter untuk memudahkan buang air kecil. Sedikit menguak keegoisan profetik, katanya calon dokter (Insya Allah, doakan ya!) tidak boleh sakit, karena kalau jatuh sakit, gimana kata orang-orang nantinya? Hahaha, adagium yang terkesan mendewakan dokter, padahal dokter juga manusia…bisa sakit, juga bisa mati!
Saat-saat menjelang dan sedang sakit, memang membawa banyak makna. Karena tidak ada semangat beraktivitas – meskipun di luar banyak agenda penting yang menunggu – jadinya hanya ngasoh di asrama, sendirian. Tapi semua ini kian membuatku paham, betapa berharganya kondisi sehat, yang pada rutinitasnya jarang sekali kita sadari. Kata bijak, orang jatuh sakit karena “ketidakseimbangan” di dalam hidupnya, baik yang menyangkut fisik, psikis maupun lingkungan sosialnya. Entahlah, rasa berat di kepala ini apakah karena faktor fisik atau psikis? Padahal, rasa-rasanya masa bulan madu jadian saya belum berakhir. Ah, nyambung di mana?
Saat terjatuh sakit, memang tidak banyak yang bisa kita lakukan. Aktivitas normal seperti biasanya menjadi sangat berat untuk dilanjutkan. Mungkin Ilahi tengah mengkondisikan kita untuk sejenak beristirahat dari semuanya, sembari kembali mengingat-Nya di relung jiwa yang mulai kerontang. Hari-hari seakan lambat lajunya, menghitung perjalanan waktu menjadi pekerjaan menjemukan. Ah, sakit memang memaksa kita melakukan banyak evaluasi diri.
(Saya jadi ingat, beberapa Syaikh ahli pengobatan mengatakan bahwa, dengan mengenal dan memahami berbagai ketimpangan dalam diri dan jiwa, selama menderita sakit, maka rentang sakit dan progressnya dapat kita pendekkan dan segera merangkak ke kesembuhan secara sadar. Secara fisik, gejala-gejala yang tampak dapat diobati dengan beberapa model terapi, tetapi sesungguhnya yang paling penting adalah mengenali ketimpangan non fisik, bisa berupa kejiwaan maupun konflik psikis). Apa yang dapat kulakukan?
Ohya, kembali tentang masa bulan madu dan sakit yang kuderita. Oktober kemarin, ku jadian dengan seseorang yang telah membuatku “gila”, dalam batasan : belum pernah rasanya mencintai seseorang seperti yang saat ini kurasakan terhadapnya! Jadinya, kuyakinkan diri dan hati untuk mengkomitmenkan semua yang bersamaku untuk meminangnya menjadi ibu dari calon anak-anakku kelak, Insya Allah (doakan lagi ya). Tapi, tentang ini, hati-hati. Jangan sampai ketahuan bahwa aku tergila olehnya. Asal tahu saja, sense of GR dari calon istriku ini bisa terbilang wah!... Akunya sih alumni summa cum laude dari sekolah kege-eran yang pernah didirikannya sendiri. Subjektif bo! Tapi, karena semua itu, rasa cinta dalam hati kian tumbuh dan bersemai, semoga menjadi lebih dewasa dalam usia-usia selanjutnya.
Yang agak lucu, saya sakit justru ketika masa-masa indah pacaran setelah sekian lama terombang-ambing oleh kejomblohan dan indahnya dijadikan fans oleh junior-junior. Masa jombloh yang kurang lebih membuat banyak perubahan dalam diri. Kesadaran untuk tidak lagi mengulang kejahilan dalam tingkah di “koridor” yang satu ini muncul saat masa-masa kronik jombloh. Jadinya, saat itu, kuberjanji kepada diri, juga sempat terucap secara lisan dalam rapat internal Stem Cell, bahwa kutakkan lagi mengulangi segala kebejatan kelaki-lakian yang selama ini kutorehkan. Meskipun saat itu pun ku tak begitu yakin bahwa apakah aku benar-benar telah melakukannya pada masa sebelumnya. Tapi sudahlah. Kini masa telah berganti. Ada masa depan di depan mata yang segera harus direngkuh, tentunya dengan tetap bersamamu. Perempuan yang telah membuatku luluh dalam ego, mencairkan keangkuhan maskulinitas, menuju titik pertemuan-penyatuan. Kuyakinkan diri untuk semua itu!
Rasa sakit saat ini, mungkin hanya pertanda ku tengah “dicuci” untuk benar-benar suci dan murni mengarungi perjalanan panjang bersamamu. Dalam sakit sekarang, kuberdoa semoga perjalanan ini bukan saja hanya kunikmati sendiri, tetapi juga mampu membuatmu bertumbuh menemukan eksistensi kefitrahanmu. Kumengenalimu dalam kesejatianku, menelusup dalam jejak-jejak ekspketasi lisan dan yang tergambar indah di setiap pelupuk mata sipitmu, membuatku benar-benar merasa hidup.
Terima kasih telah menemaniku dalam sakit untuk segera sembuh dan beraktivitas kembali. Semangat dan spirit yang engkau alunkan dalam setiap tarikan napas, kini membuatku bisa berdiri tegak menegakkan cita dan asa, karena keyakinanku untuk bertenang diri dan jiwa bersamamu, hingga selamanya.. Terima kasih Tuhan telah membuatku jatuh sakit dan dapat merenungi setiap jejak-jejak makna yang engkau torehkan lewat tubuh mungil tak berdaya ini. Terima kasih Rabb.

Tamalanrea, 16 Desember 2005

Labels:

posted with Love @ 10:19 PM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
About

Detamorfosis is Asri Tadda Qauliyah and Dewi Hastuty Sjarief Love Journey

My Entries
Archieves
Blogroll
Credit

    eXTReMe Tracker